Tax Amnesti Bisa Disahkan Bulan Mei

Tax Amnesti Bisa Disahkan Bulan Mei

Rancangan Undang-Undang Pengampunan Pajak akan mulai dibahas pada 6 April mendatang dan bisa disahkan pada bulan Mei tahun ini sesuai target waktu pemerintah. DPR akan memberikan fokus perhatian pada RUU tax amnesty inisiatif presiden ini sebagai salah satu solusi mengatasi kurangnya penerimanaan negara Rp200-250 triliun dari target APBN 2016. Sebagai catatan, berdasarkan APBN 2016, penerimaan pajak ditargetkan Rp 1.360,1 triliun atau sekitar 75% dari pendapatan negara yang sebesar Rp1.822,5 triliun. 

Nilai tersebut naik 28% dari realisasi penerimaan pajak 2015 Rp 1.060 triliun. Pemerintah memperkirakan akan ada shortfall Rp 200 triliun tahun dan pemerintah pun mengajukan pemberlakuan tax amnesty yang ditargetkan bisa disahkan pada semester I ini. Penundaan pembahasan RUU tax amnesty menjadi salah satu sentimen pemberat pasar semenjak satu pekan yang lalu. Sebagaimana diketahui bahwa dana repatriasi dari tax amnesty direncanakan akan ditargetkan masuk ke pasar Surat Utang Negara (SUN) baru kemudian para wajib pajak dapat menggunakan instrumen investasi lainnya seperti properti. 

 

 

 

 

Fixed Income Research PT. RHB Securities Indonesia

Malindo Feedmill dianggarkan belanja modal IDR 400-500 Milliyar

Malindo Feedmill dianggarkan belanja modal IDR 400-500 Milliyar

Malindo Feedmill (MAIN) anggarkan belanja modal IDR 400-500 Milliyar untuk pakan ternak, pembibitan, broiler, dan untuk membangun pabrik baru di Sumatera Selatan. Sumber dana ini akan didapatkan melalui pinjaman bank, kas internal, dan melanjutkan right issue tahun lalu, dengan proporsi pinjaman bank mencapai 70%.

Malindo Feedmill menyatakan akan mengamati kondisi makroekonomi dan menyesuaikan rencana ekspansi sesuai. Sekitar setengah dari alokasi belanja modal yang dianggarkan adalah pemeliharaan belanja modal, setengah lainnya yang seharusnya dikeluarkan tahun lalu untuk ekspansi di Kalimantan dan Sumatera, tetapi ditunda karena sektor ini terus menurun, pihak manajemen dari Malindo Feedmill menyebutkan mereka akan menunggu lebih banyak bukti bahwa sektor ini sudah benar-benar pulih terlebih dahulu sebelum menjalankan planning.

Parlemen Indonesia untuk menunda Tax Amnesty

Parlemen Indonesia untuk menunda Tax Amnesty

Parlemen Indonesia telah menunda rencana amnesti pajak. Oleh karena itu, Tax Amnesty tidak akan dibawa ke sidang paripurna tanggal 1 Maret 2016. Fraksi parlemen menyatakan bahwa mereka belum menerima draft RUU untuk Tax Amnesty.

Alasan parlemen melakukan penundaan untuk membahas Tax Amnesty disebabkan oleh kurangnya waktu, mereka perpendapat membutuhkan lebih banyak waktu untuk membedah proposal. Parlemen akan masuk ke masa reses di 21 Maret-5 April. Penundaan persetujuan Tax Amnesty akan berdampak pada pemerintahan berikutnya revisi anggaran 2016, terutama karena Tax Amnesty dimaksudkan untuk mendukung pendapatan pemerintah. 

Dengan demikian, pemerintah kemungkinan akan membuat penyesuaian ke bawah pada target pendapatan, dan akibatnya, juga perlu menyesuaikan beberapa item pengeluaran pemerintah. Selama pemerintah dapat mempercepat kemajuan pencairan anggaran, momentum pasar yang positif bisa dipertahankan.

Paket Ekonomi XI Meluncur Pekan Depan




Paket Ekonomi XI Meluncur Pekan Depan
Pemerintah akan meluncurkan paket kebijakan ekonomi ke 11 pekan depan sebagai baian dari upaya meraih target peringkat ke 40 tingkat kemudahan berbisnis (Ease of Doing Business) versi Bank Dunia. Beberapa aspek pembenahan dalam paket ekonomi jilid 11 tersebut adalah kemudahan perizininan pertanahan, pembenahan sistem logistik, pemangkasan rantai birokrasi, perbaikan dwelling time dan kemudahan usaha bagi UKM termasuk e-commerce.

Bunga Dana Pemerintah Maksimal 5%

Bunga Dana Pemerintah Maksimal 5%


Pemerintah akan membatasi besaran bunga deposito untuk BUMN dan kementerian/lembaga (K/L) sebesar 1% diatas inflasi dana pemerintah akan menahan di level 4%. Dengan demikian, bunga dana BUMN dan K/L dibatasi maksimal 5%. Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk menurunkan suku bunga pinjaman menjadi 9% akhir tahun ini. Pembatasan bunga juga akan diberlakukan bagi dana nasabah pemerintah daerah. Namun implementasinya akan menunggu revisi PP NO 39/2007 tentang pengelolaan dana negara/daerah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga berencana untuk bungan untuk deposan besar tidak lebih dari 100 bps ditas BI rate atau diperbolehkan maksimal 8%. Di luar itu, OJK juga akan merumuskan strategi untuk menurunkan biaya pengeluaran (overhead) perbankan yang saat ini tergolong tinggi di antara 4%-5%, relatif tinggi dibanding Thailand yang hanya 3%.

Pembatasan Suku Bunga Rubah Strategi Investasi Asuransi dan Dapen

 
Pembatasan Suku Bunga Rubah Strategi Investasi Asuransi dan Dapen
Rencana pemerintah dan regulator industri keuangan membatasi tingkat suku bunga bank, berpeluang merubah strategi investasi sejumlah perusahaan asuransi dan dana pensiun. Alternatif instrumen investasi dengan imbal hasil kompetitif diperlukan, untuk mempertahankan laba. Sebagai contoh, dari total dana investasi PT Taspen (Persero) senilai Rp 142,3 triliun, Perseroan menginvestasikan sebesar 31,5% pada produk perbankan; sebesar 4,1% pada saham, reksadana, dan investasi lainnya; sisanya sebesar 64,4% pada obligasi, sukuk, dan KIK-EBA. Mulai tahun 2016 ini, Perseroan secara bertahap akan mengurangi porsi deposito menjadi hanya sebesar 16%. Perubahan strategi tersebut, untuk mendukung target pertumbuhan aset investasi, dari Rp 142 triliun menjadi Rp 162 triliun. Hal serupa juga berpeluang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwasraya (Persero), yang saat ini masih menginvestasikan sebesar 30% aset investasi pada produk deposito.

OJK Tidak Paksakan Penurunan Net interest margin



OJK Tidak Paksakan Penurunan Net interest margin
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak memaksakan bank menurunkan Net interest margin (NIM) perusahaan meski akan memberikan insentif bagi bank yang mampu menurunkan Net interest margin. OJK juga meminta perbankan untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan beban biaya operasional selain bunga (overhead cost) untuk mendorong penurunan suku bunga kredit. OJK juga menargetkan akan mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) terkait insentif bagi bank yang mampu menurunkan Net interest margin. Insentif tersebut antara lain berupa kemudahan pembukaan kantor cabang dan kemudahan membuat produk. Sementara itu, pemerintah dalam rapat bersama BI, LPS dan OJK kemarin pun menargetkan suku kredit bank akan turun hingga satu digit pada kuartal keempat tahun ini.

Bank Indonesia Turunkan BI Rate


Bank Indonesia Turunkan BI Rate

Bank Indonesia (BI) seperti ekspektasi kembali menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 bps ke level 7%, penurunan kedua setelah bulan Januari lalu. Selain itu, lending dan deposit rate juga diturunkan masing-masing ke level 5% dan 7,5%. BI juga memangkas giro wajib minimum hingga 100 bps menjadi 6,5% dimana GWM terakhir kali diturunkan pada November tahun lalu. Berkurangnya tekanan inflasi dan external serta masih melambatnya ekonomi terindikasi dari penurunan ekspor dan impor membuka ruang pergerakan bagi BI untuk memangkas suku bunga acuannya. Bahkan dalam statement press release nya kemarin, BI terlihat masih dovish yang memungkinkan BI untuk kembali memangkas suku bunganya pada beberapa pertemuan mendatang. Hal tersebut mengingat tekanan inflasi tahun ini yang diperkirakan rendah akibat menurunnya harga minyak global. Sedangkan tekanan terhadap rupiah masih terjaga seiring dengan capital inflow tinggi pada surat berhaga negara.



Research PT. RHB Securities Indonesia

Tahun 2016, Masa Puncak Jatuh Tempo Utang

Tahun 2016, Masa Puncak Jatuh Tempo Utang

Total nilai surat utang (obligasi) yang jatuh tempo tahun 2016 ini mencapai Rp 320,9 triliun, terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi korporasi, masing-masing senilai Rp 268,1 triliun dan Rp 52,8 triliun. Nilai tersebut lampaui obligasi jatuh tempo tahun 2017 yang hanya senilai Rp 152,1 triliun (SUN senilai Rp 88,2 triliun, dan obligasi korporasi Rp 63,9 triliun). Tingginya nilai obligasi jatuh tempo tahun ini, berdampak akan adanya perebutan likuiditas baik dari pemerintah maupun perusahaan untuk menerbitkan obligasi baru sebagai refinancing. Tren penurunan yield seiring penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate), sebagai faktor mendorong perusahaan mendorong penerbitan obligasi, atau bahkan nilainya melebihi nilai obligasi yang jatuh tempo. 

Dari sisi obligasi pemerintah, setidaknya terdapat 4 seri yang akan jatuh tempo tahun ini, yaitu: 2 SUN seri fixed rate (FR) dan 2 seri ritel yang akan jatuh tempo tahun 2016 ini. Keempat seri tersebut adalah: FR0030 dengan outstanding senilai Rp 9,1 triliun jatuh tempo pada Mei 2016; FR0055 Rp 13,3 triliun pada September 2016; Sukuk Ritel 5 (SR005) Rp 14,9 triliun pada Februari 2016; dan Obligasi Negara Ritel 10 (ORI010) senilai Rp 20,2 triliun pada Oktober 2016 mendatang. Keempat seri tersebut bergerak mixed Rabu (17/02) kemarin, dengan SR005 sudah membukukan harga flat di level 100, berdasarkan data RHB Securities Indonesia. SR005 akan jatuh tempo akhir Februari ini, atau bertepatan dengan masa penawaran Sukuk ritel baru seri SR008.




Research PT. RHB Securities Indonesia

Ruang Pemangkasan BI Rate Terbuka

Ruang Pemangkasan BI Rate Terbuka

Perhatian pasar hari ini akan tertuju pada hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) hari ini (18/2) yang akan memutuskan tingkat suku bunga acuan (BI rate) yang pada Januari lalu sudah dipangkas 25 bps. BI pada pertemuan Januari lalu juga menyatakan secara normatif bahwa pelonggaran moneter selanjutnya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan dimana global dan domestik. Mengacu pada statement tersebut, maka BI berpeluang untuk kembali menurunkan BI rate mengingat pergerakan rupiah yang telah menguat tajam hingga 3,3% sejak penurunan BI rate yang lalu dan inflasi pada Januari juga masih terkontrol pada angka 4,14% YoY dengan inflasi inti 3,95% YoY. Selain itu, data trade balance Januari walau kembali mencatatkan surplus USD 50 juta namun ekspor dan impor masih turun dalam hingga masing-masing 20,72% YoY dan 17,15% YoY pada Januari.




Research PT. RHB Securities Indonesia

Standard & Poor’s Tunda Upgrade Rating Indonesia

Standard & Poor’s Tunda Upgrade Rating Indonesia

Standard & Poor’s (S&P) mengisyaratkan penundaan investment grade bagi Indonesia karena harga batu bara yang jatuh dalam setahun terakhir. Harga batu bara yang merosot tajam berpotensi menekan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dan membuat S&P masih belum bisa menaikkan rating Indonesia dari level top junk ini saat ini. Sebelumnya pada May 2015 lalu, S&P sudah mengupgrade outlook perekonomian Indonesia menjadi positif dari stabil. Upgrade outlook tersebut mengindikasikan bahwa rating utang Indonesia berpeluang meningkat dalam 1–2 tahun ke depan. Defisit yang terus menipis adalah kunci Indonesia untuk meraih investment grade. Saat ini, S&P adalah satu-satunya badan pemeringkat yang belum memberikan investment grade bagi Indonesia.

Transaksi Meningkat Jelang Pengumuman BI Rate



Volume pasar kembali meningkat pada hari kemarin menjelang pengumuman BI rate hari ini dengan nilai volume tercatat naik 30% dari hari sebelumnya menjadi total Rp 945 miliar. Obligasi Adira yang akan jatuh tempo pada maret ini yaitu Adira 7,85% 2016 aktif ditransaksikan atau menjadi top volume dengan volume Rp 150 miliar. Harga obligasi ini pun mulai mendekati harga parnya dengan yield turun ke level 7,39% dari 8,23% pada akhir pekan lalu. Adira Finance (AAA/Stabil) juga termasuk emiten yang akan merilis obligasi pada bulan ini. Selain itu, kenaikan yield terjadi pada Japfa 9,90% 2017 dengan yield terliha naik hingga 96 bps ke level 10,6% dari terakhir ditransaksikan pada Kamis pekan lalu.




Research PT. RHB Securities Indonesia

Penerbitan Obligasi Terangkat Regulasi Minimum Investasi SUN


Diterbitkannya peraturan minimum 20% kepemilikan SBN bagi asuransi jiwa dan dana pension membuat para emiten mempercepat penerbitan obligasi tahun ini. Bahkan beberapa emiten menaikkan nilai emisi dua kali lipat dari rencana sebelumnya. Dengan diberlakukannya peraturan tersebut, maka obligasi korporasi bisa menjadi salah satu aset yang akan dikurangi porsinya selain deposito dan saham. Selain sentimen regulasi tersebut, emiten juga bisa memanfaatkan likuiditas tinggi pada Februari ini mengingat jatuh tempo obligasi bulan ini yang tinggi senilai Rp4,5 triliun, bulan dengan jatuh tempo tertinggi selama kuartal I 2016. Dalam data yang kami ringkas, terdapat setidaknya tiga emiten dari multifinance yang sedang melakukan penawaran obligasi bulan ini.

Tenor Pendek PBS009 Paling diminati Investor


Volatilitas di pasar sekunder mendorong investor kembali minati tenor pendek 1,8-tahun seri PBS009 dalam lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/ Sukuk) pada Selasa (09/02) kemarin. Selain selektif, investor juga bersikap wait and see mencermati tenor yang lebih panjang daripada tenor pendek, ditengah penantian rilis data suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) pekan depan. PBS009, seri Sukuk yang terbit pertengahan tahun lalu, bukukan penawaran masuk hingga Rp 5,2 triliun, jauh melampaui 3 seri PBS lainnya dalam lelang Sukuk kemarin.

Sukuk Berbasis Proyek (Project Based Sukuk/ PBS) seri 9 (PBS009) (reopening) bukukan rasio nominal dimenangkan terhadap penawaran masuk (bid to cover ratio) sebesar 1,8 kali, atau pemerintah berhasil menyerap dana hampir senilai Rp 3 triliun dari penawaran masuk seri ini. Selain volatilitas tinggi, investor minati tenor pendek ini untuk mengurangi risiko rendahnya likuiditas Sukuk di pasar sekunder. Adapun yield yang ditawarkan PBS009 masih wajar, atau relatif lebih tinggi jika menggunakan perbandingan Sukuk seri SR007. Seri PBS009 bukukan yield rata-rata tertimbang di level 8,11%, lebih tinggi dibanding yield Sukuk Retail Seri 7 (SR007) di level 7,95% pada penutupan kemarin berdasarkan data RHB Securities Indonesia. Seri PBS009 dan SR007 miliki jatuh tempo yang berdekatan, atau masing-masing pada Januari 2018 dan Maret 2018.

Di sisi lain, investor juga minati Sukuk tenor pendek (Surat Perbendaharaan Negara Syariah/ SPN-S). Sukuk seri SPN-S 10082016 (new issuance) bukukan penawaran masuk senilai Rp 5,2 triliun. Namun, tingginya ekspektasi yield investor terhadap seri ini, membuat pemerintah hanya menyerap senilai Rp 500 miliar. Penawaran yield tertinggi seri ini oleh investor mencapai 7,75%, atau 66 basis poin (bps) relatif lebih tinggi dibanding yield PBS008 dengan tenor yang hampir sama, pada penutupan di pasar sekunder.



Research PT. RHB Securities Indonesia

Stimulus Jilid 10 Buka Keran Investasi Asing Semakin Luas

Stimulus Jilid 10 Buka Keran Investasi Asing Semakin Luas

Pemerintah kembali melonggarkan aturan investasi bagi investor asing di Indonesia. Sejumlah sektor diperbolehkan untuk dimiliki 100% oleh investor asing diantaranya adalah: industri cold storage, bahan baku obat, restoran, pengusahaan jalan tol dan industri perfilman. Sedangkan ada beberapa sektor lainnya yang nilai saham kepemilikannya yang dulunya terbatas kini dinaikkan oleh pemerintah seperti industri biro perjalanan, lapangan golf dan jasa penunjang angkutan udara yang dinaikkan menjadi 67% dari dulunya 49%. 

Relaksasi ini ditargetkan bisa membuka lapangan pekerjaan dan menarik foreign direct investment (FDI) yang pada tahun lalu mencapai USD 29,3 miliar, naik 3% dari tahun sebelumnya. Sebagai tambahan, Jokowi mengharapkan ekonomi bisa tumbuh sampai 7% pada tahun 2019 dengan target tahun ini sebesar 5,3%.


Research PT. RHB Securities Indonesia

Hadiah Valentine . . .

Hayo... Pilih yang mikirin masa depan mu, atau yang belum sama sekali?

Ada ungkapan, "waktu yang tepat untuk berinvestasi adalah Kemarin"

Yok mulai berinvestasi sejak dini..

Tapi ingat ya, Investasi itu mengandung Risiko.. 







New Issuance PBS012 Kembali Ditawarkan.



Sebanyak 5 seri ditawarkan dalam lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/ Sukuk) pada Selasa (09/02) hari ini. Kelima seri tersebut adalah: seri PBS006, PBS009, PBS011, PBS012, dan seri SPN-S 10082016. Seri baru (new issuance) PBS012 kembali ditawarkan dalam rencana lelang ini, pasca pemerintah agresif menangkan seri ini dalam dalam lelang sebelumnya. Pemerintah menetapkan target indikatif senilai Rp 4 triliun dalam lelang kali ini.
Seri baru PBS012 berpeluang kembali diminati investor, pasca lelang sebelumnya bukukan rasio nominal dimenangkan terhadap penawaran masuk (bid to cover ratio) hanya 1,5 kali, atau pemerintah agresif menangkan hampir semua penawaran masuk seri ini. Rasio PBS012 dalam lelang akhir Januari 2016 lalu itu paling rendah, dari 4 seri Sukuk lainnya yang bukukan rasio antara 2,5 kali hingga 4,3 kali. Inflasi Januari yang lebih rendah dari ekspektasi pasar, dorong investor minati tenor menengah ini. 
Dalam lelang sebelumnya, PBS012 bukukan yield rata-rata tertimbang di level 9,03%, lebih atraktif dibanding yield PBS003 yang 8,88% dalam perdagangan sehari menjelang lelang. PBS012 dan PBS003 miliki jatuh tempo berdekatan, atau masing-masing pada November 2031 dan Januari 2027.

Research PT. RHB Securities Indonesia

Pengeluaran Pemerintah Topang Gross domestic product Quartal 4, 2015



GDP Indonesia apa akhir kuartal tahun lalu tumbuh di luar perkiraan konsensus pasar. Ekonomi Indonesia tumbuh hingga 5,04% YoY pada 4Q2015, diatas proyeksi pasar yang sebesar 4,8% YoY dan juga diatas kuartal sebelumnya 4,73% YoY. Secara tahun penuh 2015, GDP Indonesia tumbuh 4,79%, lebih rendah dari tahun sebelumnya 5,02% YoY. Meningkatnya ekonomi pada akhir kuartal tahun ini ditopang oleh pengeluaran pemerintah yang naik 7,3% YoY dan 41,3% QoQ jika dibanding dengan kuartal sebelumnya. 

Adapun investasi tumbuh moderat sebesar 6,9% YoY sedangkan konsumsi publik yang mendominasi hampir setengah GDP tumbuh 4,9% YoY. Ekspor masih melambat dengan turun 6,4% YoY dipicu oleh melambatnya perekonomian China. Merespon pertumbuhan ekonomi yang melebihi ekspektasi, Bank Indonesia menyatakan bahwa kebijakan moneter longgar akan mendorong GDP pada tahun 2016 ini. BI akan menggelar rapat dewan Gubernur pada 17-18 Februari mendatang untuk membahas arah kebijakan moneternya. 



Research PT. RHB Securities Indonesia

Investor Cermati Data GDP dan Cadangan Devisa Hari Ini

Investor Cermati Data GDP dan Cadangan Devisa Hari Ini

Yield Surat Utang Negara (SUN) benchmark bergerak dalam kisaran 8,08% hingga 8,43% pada penutupan perdagangan Rabu (03/02) lalu, berdasarkan data RHB Securities Indonesia. Investor masih mencermati, menantikan rilis data ekonomi Indonesia 2015 secara tahunan (GDP Annual YoY) hari ini, yang diproyeksikan tumbuh 4,74% berdasarkan survei Bloomberg. Proyeksi tersebut tumbuh lebih lambat dari tahun sebelumnya yang tumbuh 5,02%. Investor juga mencermati rilis data cadangan devisa (foreign reserves) bulan Januari, ditengah apresiasi rupiah. 

Sebelumnya, ekonomi Indonesia secara kumulatif tahun 2014 hanya tumbuh sebesar 5,02%, atau bukukan perlambatan pertumbuhan dalam periode 5 tahun terakhir. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia terjadi sejak tahun 2010 hingga 2014, atau menurun dari 6,22% hingga 5,02%.

Sementara, benchmark FR0056 dan FR0073 dominasi dalam perdagangan SUN Rabu (03/02) lalu. Kedua seri tersebut masing-masing catatkan volume perdagangan senilai Rp 9,8 triliun atau hampir mencapai 42% dari perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) senilai total Rp 23,5 triliun. Kedua seri tersebut adalah seri-seri yang ditawarkan dalam lelang SUN Selasa lalu. Berdasarkan data RHB OSK Securities Indonesia, yield seri FR0056 bergerak mendatar (flat) ke level 8,12%. Sedangkan seri FR0073 naik 7 basis poin (bps) ke level 8,42%. Nilai tukar rupiah ditutup relatif terjaga ke level Rp 13.770 per dolar AS dalam periode yang sama.



Research RHB Securities Indonesia

Harga Sukuk seri PBS011 Terus Menguat Sejak Diterbitkan.

Harga Sukuk seri PBS011 Terus Menguat Sejak Diterbitkan.

Sukuk baru seri PBS011 (7,5-tahun) bukukan tren kenaikan harga, sekaligus penurunan yield sejak seri ini diterbitkan. Berdasarkan data Bloomberg, seri ini bukukan harga di level 99,38 pada penutupan Rabu (03/02) kemarin, meningkat sejak seri ini diterbitkan di level 98,10 pada pertengahan Januari 2016 lalu. Yield atraktif jika dibandingkan Sukuk tenor sama lainnya, berpeluang membuat investor kembali minati seri ini dalam lelang Sukuk pekan depan.

Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/ Sukuk) pada Selasa (09/02) mendatang, pemerintah kembali tawarkan Sukuk Berbasis Proyek (Project Based Sukuk/ PBS) Seri 11 (PBS011), memiliki imbalan sebesar 8,75%. Yield PBS011 masih wajar, atau atraktif jika menggunakan perbandingan Sukuk seri PBS002. Seri PBS011 bukukan yield di level 8,86% kemarin, relatif lebih atraktif dibanding PBS002 (6-tahun) pada periode yang sama. Seri PBS011 dan PBS002 miliki jatuh tempo yang berdekatan, atau masing-masing pada Agustus 2023 dan Januari 2022.

Sebagai catatan, pada lelang terakhir Januari 2016 lalu, PBS011 mampu bukukan penawaran masuk hingga Rp 2,2 triliun, lampaui seri baru (new issuance) PBS012 (15,8-tahun) yang hanya sebesar Rp 345 miliar. Pemerintah berhasil menyerap dana senilai Rp 615 miliar dari penawaran masuk seri PBS011 ini.

Di sisi lain, volatilitas pasar sekunder Sukuk berpeluang membuat investor juga minati PBS tenor pendek dalam rencana lelang mendatang. Investor berpeluang minati seri PBS006 (4,6-tahun), yang mampu bukukan bid to cover ratio 2,5 kali, relatif rendah dari seri-seri lainnya pada lelang akhir Januari 2016 tersebut. Pemerintah juga menawarkan seri PBS009 dan PBS012 dalam rencana lelang mendatang, Sukuk tenor 2-tahun dan 15,8-tahun tersebut miliki imbalan masing-masing sebesar 7,75% dan 8,875%.

Research PT. RHB Securities Indonesia

Tingginya Peminat Obligasi Maybank Mewarnai Perdagangan

Tingginya Peminat Obligasi Maybank Mewarnai Perdagangan

Perdagangan obligasi kemarin tercatat meningkat 4% dari hari sebelumnya menjadi Rp 809 miliar. Seperti perdagangan sebelumnya, transaksi masih mengerucut pada obligasi rating AAA bertenor pendek. Obligasi dengan volume dan frekuensi tertinggi dicatatkan oleh obligasi Maybank 8,75% 2016 dengan nilai volume hingga Rp 310 miliar dan frekuensi 13 kali. 

Sebagai catatan, per September 2015, Maybank mencatatkan minat tinggi investor terhadap Maybank 8,75% 2016 kemarin membuat yield obligasi ini mengetat 43 bps menjadi 8,18%. Obligasi Bank Mandiri 11,85% 2016 juga terlihat masih cukup aktif dengan yield diperdagangkan turun 9,5 bps dari perdagangan sebelumnya menjadi 8,6%. Selain itu, Adira Finance 9% 2016 juga mencatatkan volume tinggi sebesar Rp 110 miliar dengan yield sebesar 8,75%. Ketiga obligasi teraktif di perdagangan kemarin memiliki jatuh tempo pada bulan yang sama yaitu pada Desember 2016. Dengan demikian, yield Adira Finance 9% 2016 masih terlihat lebih atraktif dibanding obligasi Bank Mandiri dan Maybank dengan tenor yang sama. 

Bid to Cover Ratio FR0073 Terendah dalam Lelang

Bid to Cover Ratio FR0073 Terendah dalam Lelang

Pemerintah agresif menyerap penawaran FR0073 oleh dalam lelang SUN Selasa (02/02) kemarin. Benchmark 15-tahun ini bukukan bid to cover ratio sebesar 1,3 kali, terendah dibanding seri lainnya yang berada dalam kisaran 2,5 kali hingga 3,8 kali. Ekspektasi yield FR0073 relatif rendah oleh investor, membuat pemerintah agresif menyerap SUN benchmark tenor menengah ini.

Surat Utang Negara (SUN) FR0073 bukukan rasio nominal dimenangkan terhadap penawaran masuk (bid to cover ratio) sebesar 1,3 kali, atau pemerintah menyerap senilai Rp 5,7 triliun dari penawaran masuk seri ini senilai Rp 7,8 triliun. Rata-rata yield tertimbang seri ini sebesar 8,41%, atau hanya 5 basis poin (bps) lebih tinggi dari penutupan pasar sekunder sehari menjelang lelang. Sebagai catatan investor minati FR0073 medium term, namun berikan potensi high yield ditengah wacana penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dan volatilitas pasar SUN saat ini.

Di sisi lain, pemerintah selektif menyerap benchmark tenor pendek 5-tahun FR0053, bukukan bid to cover ratio 3,0 kali, atau diserap oleh pemerintah hanya senilai Rp 2,9 triliun dari penawaran masuk seri ini mencapai nilai Rp 8,9 triliun. Pemerintah juga berhasil menyerap SUN tenor pendek (Surat Perbendaharaan Negara/ SPN) tenor 3-bulan SPN03160503 dan tenor 12-bulan SPN12170203, masing-masing senilai Rp 1 triliun dan Rp 2 triliun.

Transaksi Semakin Marak Jelang Rilis Inflasi


Volume pasar obligasi korporasi di pasar sekunder pada akhir pekan kemarin menembus Rp 1 triliun, tertinggi sepanjang tahun ini. Subdebt Bank Panin 10,5% 2017 menjadi penyumbang transaksi terbesar kemarin dengan nilai volume mencapai Rp 240 miliar yang diikuti oleh Eximbank 9% 2018 dan Adira Finance 11% 2018 dengan masing-masing transaksi Rp 190 miliar dan Rp 120 miliar. Aksi beli pada akhir pekan kemarin membuat yield ketiga obligasi teraktif kemarin menurun hingga 35-64bps. Subdebt Bank Panin 10,5% 2017 diperdagangkan pada yield 10,39%. Sementara Eximbank 9% 2018 dan Adira Finance 11% 2018 diperdagangkan masing-masing pada level 8,73% dan 9,93%. 

Hari ini (2/1), badan pusat statistik akan mengumumkan tingkat inflasi pada bulan Januari dimana Bank Indonesia memprediksi akan berada pada kisaran 0,75% MoM, lebih rendah dari Desember tahun lalu yang sebesar 0,96% MoM. Selain itu, BI juga memperkirakan ekonomi pada sepanjang 2015 akan mencapai 4,8%.