Berita Ekonomi : BI Kembali Tahan Suku Bunga di Level 7,5% ; Bank Indonesia Intervensi, Rupiah Bergerak Stabil ; The Fed Akhirnya Naikkan Suku Bunga. Bank Sentral Amerika,
BI Kembali Tahan Suku Bunga di Level 7,5%.
BI Kembali Tahan Suku Bunga di Level 7,5%. |
Seperti prediksi publik, Bank Indonesia (BI) pada rapat dewan gubernur kemarin kembali menetapkan suku bunganya di level 7,5% untuk ke 10 bulan berturut-turut. Tekanan rupiah dan kenaikan suku bunga the Fed membuat BI masih harus menunggu beberapa saat lagi untuk memangkas suku bunga acuannya. Jusuf Kalla kembali mengharapkan bahwa BI bisa memangkas suku bunga acuannya pasca keputusan the Fed agar mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang sedang melambat. Dalam press release nya, BI menyatakan akan memonitor atau wait and see perkembangan global dan domestik ekonomi pasca kenaikan FFR. Adapun ruang untuk pemangkasan suku bunga sangat terbuka lebar dikarenakan inflasi tahun 2015 ini bisa berada dibawah 3%, atau dibawah target BI yang diantara kisaran 3% - 5%. Sebagai catatan, inflasi pada November tercatat tumbuh hanya 4,89% yoy sedangkan dari Januari - November hanya sebesar 2,37% ytd.
Bank Indonesia Intervensi, Rupiah Bergerak Stabil.
Bank Indonesia Intervensi, Rupiah Bergerak Stabil. |
Rupiah di perdagangan Jumat (18/12) kemarin menguat hingga ke level Rp 13.918 per dolar AS. Rupiah mulai bergerak lebih stabil setelah Bank Indonesia melakukan intervensi dengan menambah suplai valas dan membeli SBN di pasar sekunder. Total SBN yang sudah diakumulasi BI selama Kamis kemarin senilai Rp 12,3 triliun sementara net sell asing di pasar SBN mencapai Rp 320 miliar, dari posisi sehari sebelumnya. Bank Indonesia diprediksi akan terus mengintervensi rupiah, atau bersikap wait and see melihat perkembangan global dan domestik ekonomi pasca kenaikan suku bunga the Fed. Pemangkasan BI rate terbuka lebar seiring inflasi 2015 berpeluang dibawah 3%, atau dibawah target BI yang diantara kisaran 3% - 5%.
The Fed Akhirnya Naikkan Suku Bunga.
The Fed Akhirnya Naikkan Suku Bunga |
Bank Sentral Amerika, the Fed, akhirnya menaikkan suku bunga 25 bps menjadi kisaran 0,25% - 0,5% dari sebelumnya yang sebesar 0% - 0,25%. Ini menjadi kenaikan suku bunga pertama the Fed selama hampir satu dekade dan menjadi selalu menjadi topik penggerak pasar selama tahun ini. Kenaikan suku bunga ini didasari oleh optimism the Fed terhadap ekonomi AS yang dilihat semakin kuat terutama dikarenakan konsumsi domestik walau the fed menyadari masih ada tekanan pertumbuhan dalam ekonomi terutama dalam sektor manufaktur dan energi. Dalam press release nya, the Fed menaikkan target ekonomi di tahun depan menjadi 2,4% dari 2,3% dan tingkat pengangguran pun diturunkan menjadi 4,7% dari sebelumnya 4,8%. Sebagai catatan, tingkat pengganguran Amerika saat ini yang berada c.5% jauh lebih rendah dari saat krisis finansial global tahun 2008 lalu yang mencapai hingga 10%.
Berita Obligasi : Spread Yield SUN Benchmark dan UST 10Y Menyempit & Private Placement Rp 16 Triliun, Tekan Volatilitas SBN.
Spread Yield SUN Benchmark dan UST 10Y Menyempit.
Selisih (spread) yield antara SUN benchmark 10-tahun dan UST dengan tenor yang sama, menyempit dari rerata November sebesar 642 bps, menyempit menjadi 617 bps dalam penutupan Kamis (03/12) kemarin. Dari sisi internal, investor masih merespon positif ekonomi Indonesia 3Q2015 yang tumbuh lampaui kuartal sebelumnya. Penurunan yield benchmark juga ditopang oleh minimnya pasokan, pasca berakhirnya lelang SUN periode tahun 2015 ini.
Berdasarkan data Bloomberg, yield Surat Utang Negara (SUN) seri benchmark 10-tahun FR0070 ditutup di level 8,48% kemarin. Yield tersebut menurun dibanding posisi rerate November yang berada di level 8,67%. Aksi beli selektif terjadi pasca FR0070 bukukan yield atraktif antara 8,60% hingga 8,80%. Aksi ini mendorong investor asing bukukan capital inflow senilai Rp 20 triliun dalam Surat Berharga Negara (SBN) selama periode tersebut.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), kepemilikan investor dalam SBN meningkat dari Rp 528,7 triliun menjadi Rp 548,5 triliun, selama November. Saat ini, kepemilikan investor asing merepresentasikan sebesar 38,2% atau meningkat dibanding akhir Oktober yang sebesar 37,1%. Selain itu, investor juga mencermati rilis suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) pada Kamis (17/12) mendatang.
Private Placement Rp 16 Triliun, Tekan Volatilitas SBN.
Untuk meminimalisir potensi volatilitas, pemerintah melakukan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), baik Surat Utang Negara (SUN) maupun Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/ Sukuk), melalui skema private placement, sehingga supply SBN terkendali. Skema tersebut dilakukan seiring masih tingginya kebutuhan pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Selama periode 24 dan 26 November, pemerintah menerbitkan SBN non tradable hampir senilai total Rp 16 triliun, terdiri dari Sukuk Rp 5,1 triliun dan SUN Rp 10,8 triliun. Yield benchmark 10-tahun FR0070 flat di level 8,54% dalam periode tersebut, bahkan menurun 30 bps dibanding penutupan Oktober 2015. Di sisi lain, supply SBN yang terkendali, membuat pemerintah kembali mengadakan lelang SUN terakhir periode 2015 pada Selasa (01/12) lalu.
Selain eks benchmark FR0053 dan FR0056 pada 2011 silam, pemerintah kembali tawarkan seri fixed rate paling akhir (FR0073), dalam lelang kali ini. FR0073 atau benchmark baru 15-tahun pada 2016 mendatang, diserap pemerintah seiring masih rendahnya outstanding seri baru ini. Sejak diterbitkan awal Agustus 2015 lalu, FR0073 bukukkan bid to cover ratio relatif rendah antara 1,1 kali hingga 1,5 kali dalam setiap kali lelang SUN. Semakin rendah rasio, mengindikasikan pemerintah agresif menyerap banyak permintaan masuk seri tersebut.
Ekspor Turun 17,58% YoY, Neraca Perdagangan Catatkan Defisit ; Indonesia-Australia Kerja Sama Currency Swap Rp 100 Triliun ; Cadangan Devisa Turun USD 500 juta di November
Ekspor Turun 17,58% YoY, Neraca Perdagangan Catatkan Defisit.
BPS menyatakan kinerja ekspor Indonesia pada November 2015 yang tercatat mencapai USD 11,16 miliar, turun 17,58% dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD 13,54 miliar. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada periode Januari-November 2015 mencapai USD 138,42 miliar atau menurun 14,32% dibandingkan dengan periode yang sama 2014, demikian juga ekspor nonmigas mencapai USD 121,08 miliar atau menurun 9,43%. Alhasil, defisit kembali terjadi di bulan November setelah dua belas bulan sebelumnya mengalami surplus. Defisit perdagangan di November tercatat sebesar USD 346,4 juta sedangkan bulannya sebelumnya tercatat surplus USD 1,01 miliar.
Indonesia-Australia Kerja Sama Currency Swap Rp 100 Triliun.
Currency Swap |
Bank Indonesia (BI) dan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/ RBA), menandatangani kerja sama bilateral currency swap arrangement (BCSA) yang berlaku efektif mulai 15 Desember 2015. Kerja sama ini memungkinkan swap mata lokal antara kedua bank sentral hingga senilai AUD 10 miliar, atau setara Rp 100 triliun, berlaku efektif selama tiga tahun dan dapat diperpanjang atas kesepakatan kedua belah pihak.
Selain komitmen kedua bank sentral menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan regional, perjanjian ini untuk mendorong perdagangan bilateral. BCSA berfungsi memfasilitasi perdagangan, menggunakan mata uang lokal, sehingga menurunkan permintaan terhadap hard currency yang berdampak pada stabilitas nilai tukar. Sebelumnya, BI juga telah menandatangani kesepakatan BCSA dengan tiga bank sentral lain, yaitu: bank sentral China senilai 100 miliar yuan, Korea Selatan senilai KRW 10,7 triliun atau setara Rp 115 triliun, dan Jepang senilai USD 12 miliar.
Cadangan Devisa Turun USD 500 juta di November.
Cadangan Devisa |
Posisi cadangan devisa Indonesia pada November 2015 tercatat turun USD 500 juta menjadi USD 100,2 miliar dibanding posisi Oktober yang sebesar USD 100,7 miliar. Penurunan tersebut relatif kecil dibanding bulan sebelumnya yang turun USD 1 miliar. Sebelumnya, posisi cadangan devisa Oktober USD1 miliar dibandingkan dengan posisi akhir September 2015 sebesar USD 101,7 miliar.
Bank Indonesia masih menggunakan cadangan devisa untuk aksi moneternya menstabilkan rupiah. Nilai cadangan devisa pada akhir November masih cukup membiayai 7,1 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Keuntungan Memiliki Asuransi Kendaraan Yang Perlu Anda Ketahui
vehicle insurance |
Tuhan menciptakan alam raya ini dengan berbagai kondisi manusia. Ada yang baik, jahat, culas, licik dan banyak lagi. Kejahatan dan kebaikan adalah dua perkara yang menyeimbangkan dunia ini. Dan karenanya, ada hal yang tidak kita ingin terjadi. Misalnya, di curangi pedagang.
Khusus untuk Anda pemakai kendaraan bermotor, mungkin pernah tiba-tiba ditabrak dari belakang oleh kendaraan lain? Nah, itulah termasuk dalam hal yang tidak diinginkan yang saya maksud tadi. Takdir sih iya, tapi kalau kita yang ceroboh, jangan membawa soal takdir.
Kenali Apa Itu Investasi, Hindari Investasi Bodong
Belakangan ini banyak orang yang ingin melakukan bisnis yang mudah namun tanpa kerja keras. Meskipun secara nyata hal tersebut tidak akan ada, namun terdapat salah satu cara yang bisa anda lakukan untuk bisa memperoleh keuntungan berlimpah, dan memang bukan menggunakan kerja keras namun mau tidak mau anda harus menggunakan perhitungan yang teliti dan tentunya sangat berhati-hati. Cara tersebut adalah dengan menginvestasikan sebagian harta anda dengan perusahaan terpercaya sehingga setiap tahun anda akan tetap bisa menikmati keuntungan dari harta investasi anda tersebut.
Yuk Nabung Saham
Jika anda adalah salah satu orang yang menginginkan masa depan yang lebih terjamin tentunya anda sudah mulai memikirkannya mulai dari sekarang atau sedini mungkin. Mungkin bisa dengan cara menabung dalam bentuk uang, investasi dalam bentuk emas atau bisa juga menabung dalam bentuk saham. Namun sekarang ini yang sedasng menjadi trend dalam bisnis di seantero dunia adalah investasi saham. Apakah itu investasi dalam bentuk saham? Lalu bagaimana caranya dan seperti apa tips-tipsnya? Berikut ulasannya dengan jelas dan lengkap.
Apa Sih Definisi Dari Market Maker Pada Pasar Modal?
Apa Sih Definisi Dari Market Maker Pada Pasar Modal? |
Dewasa ini perkembangan investasi saham di Indonesia semakin berkembang, baik saham yang nyata atau real atau bisa saja melalui sistem online atau yang biasa disebut dengan saham online. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya perusahaan yang membuka lebar peluang-peluang kepada masyarakat untuk bisa mananamkan saham kepada perusahaan tersebut. Dan dalam dunia investasi saham tersebut kita harus jeli dalam menentukan hal-hal yang berkaitan dengan jumlah saham kita di masa yang akan datang. Mengenai keuntungan, perkembangan dan juga peningkatan saham kita. Secara garis besar hal tersebut dipengaruhi oleh naik turunnya keuntungan perusahaan. Dan secara tidak langsung hal tersebut sangat dipengaruhi oleh yang namanya market maker.
Berita Emiten : Bank BRI Terbitkan Obligasi Rp 3 Triliun, Trikomsel Kembali Gagal Bayar Bunga Obligasi, Tren Obligasi di Reksadana & Paket Stimulus VII Diluncurkan
Economics
Paket
Stimulus VII Diluncurkan
Pemerintah memberikan keringanan
pajak penghasilan (PPh) pasal 21 untuk karyawan industry padat karya dengan
penghasilan maksimum Rp 50 juta setahun. Insentif tersebut diberikan dalam
jangka waktu dua tahun dan bisa diperpanjang. Kebijakan yang merupakan bagian
dalam paket stimulus VII tersebut diberikan dalam rangka untuk mengurangi
tekanan keuangan perusahaan sehingga pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat
dihindari.Namun demikian ada beberapa persyaratan agar perusahaan bisa
menikmati insentif tersebut yaitu memiliki jumlah tenaga kerja minimum 5.000
orang dan hasil produksi yang diekspor minimal 50% berdasarkan hasil produksi
pada tahun sebelumnya.
Tren
Obligasi di Reksadana
Secara keseluruhan sejak akhir 2014,
porsi Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi korporasi di reksadana meningkat.
Per November 2015, akumulasi obligasi korporasi di reksadana tumbuh 0,65% MoM,
menjadi Rp 54,15 triliun. Kenaikan tersebut dibanding akhir 2014 (year to date,
ytd), portfolio reksadana berupa obligasi korporasi sudah meningkat 27,29%.
Pada periode yang sama, akumulasi SUN di reksadana turun 4,71% menjadi Rp 59,25
triliun (MoM). Namun, secara ytd porsi tersebut meningkat 29,39%. Bertambahnya
produk reksadana beraset dasar efek surat utang, mendorong kenaikan porsi
obligasi korporasi dan SUN di reksadana sepanjang tahun 2015.
Berita Emiten : Bank BRI Terbitkan Obligasi Rp 3 Triliun, Trikomsel Kembali Gagal Bayar Bunga Obligasi, Tren Obligasi di Reksadana & Paket Stimulus VII Diluncurkan |
Obligasi
Bank
BRI Terbitkan Obligasi Rp 3 Triliun.
PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk
(BBRI) berencana menerbitkan obligasi senilai Rp 3 triliun pada tahun depan.
Rencana ini merupakan bagian dari penerbitan obligasi senilai Rp 12 triliun,
yang sudah diterbitkan sebelumnya senilai Rp 3 triliun pada pertengahan 2015
lalu. Di sisi lain, Perseroan tetap mencermati posisi likuiditas, seiring baru
mendapatkan pinjaman senilai USD 1 miliar dari CCB. Perseroan menargetkan
penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 15% tahun depan, dengan pertumbuhan
kredit sebesar 13%.
Trikomsel
Kembali Gagal Bayar Bunga Obligasi.
PT. Trikomsel Oke, Tbk (TRIO)
kembali gagal membayar bunga surat utang senilai USD 3,9 juta. Sebagai catatan,
sebelumnya Perseroan telah gagal membayar bunga senior fixed notes mencapai USD
3 juta. Perseroan memiliki senior fixed rate notes senilai USD 100 juta dengan
tingkat bunga 7,875% dan jatuh tempo Desember 2017. Sedangkan utang obligasi
lainnya jatuh tempo November 2016 senilai USD 115 juta dengan kupon 5,25%.
Perseroan tidak mampu membayar bunga obligasi yang jatuh tempo 5 Desember
senilai USD 3 juta. Kegagalan pembayaran bunga obligasi ini akibat depresiasi
rupiah, dan perlambatan ekonomi nasional, yang membuat kinerja keuangan
Perseroan menurun. Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)
menurunkan peringkat Trikkomsel dari idCCC menjadi idSD atau selective default.
Sebagai catatan, dalam laporan keuangan Perseroan per Juni 2015, total utang
bank jangka pendek Perseroan mencapai Rp 2,98 triliun. Sedangkan, utang
obligasi jangka panjang mencapai Rp 2,1 triliun dengan utang bank Rp 999,15
miliar.
Berita Ekonomi : Inflasi November Turun 4,89% yoy, Reksadana Fixed Income Bertumbuh, Obligasi Summarecon dan WOM Finance Oversubscribed dan Penerbitan SUN Valas USD 3,5 Miliar, dalam Rangka Pre Funding 2016
Inflasi November Turun 4,89% yoy.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi kembali terjadi di November sebesar 0,21% MoM setelah dua bulan sebelumnya mencatatkan deflasi. Secara tahunan, inflasi hanya tercatat 4,89% yoy. Sedangkan secara tahun kalender (Januari - November) inflasi tercatat hanya sebesar 2,37%, terendah dalam lima tahun terakhir. Adapun inflasi inti pada bulan November mencapai 4,77% yoy, terendah sepanjang 2015. Dengan inflasi yang terlihat semakin mengecil maka ruang untuk penurunan suku bunga semakin terbuka. Namun faktor volatilitas rupiah masih menjadi concern utama BI dalam menentukan suku bunga acuan saat ini. Kami memprediksi bahwa Bank Indonesia masih akan tetap menahan suku bunga di level 7,5% pada pertemuan terakhirnya di tahun ini.
Reksadana Fixed Income Bertumbuh.
Tingkat pengembalian investasi (return) reksadana pendapatan tetap (fixed income) sejak akhir 2014 hingga November 2015 rata-rata tumbuh 3,2%. Fixed Income menjadi satu-satunya jenis reksadana yang bertumbuh dibanding reksadana saham yang terpangkas 18,3%, sedangkan reksadana campuran turun 8,9%. Pertumbuhan reksadana fixed income ditopang oleh sentimen dalam negeri. Selain itu, pertumbuhan return reksadana fixed income tidak terlepas dari inflow investor asing ke pasar surat utang, seiring bukukan net sell di pasar saham. Sentimen rencana kenaikan suku bunga the Fed sangat berpengaruh terhadap pasar saham.
Obligasi Summarecon dan WOM Finance Oversubscribed.
Obligasi yang sedang ditawarkan oleh Summarecon Agung Tbk (Summarecon) dan Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance) mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) masing - masing 1,5 kali - 1,7 kali dan 1,3 kali. Permintaan terhadap obligasi Summarecon mencapai Rp 750 miliar - Rp 850 miliar dari target nilai emisi Rp 500 miliar. Awalnya Summarecon menawarkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap I 2015 dalam dua seri, 3 dan 5 tahun, namun hasil bookbuilding mencatat tenor panjang lebih banyak diminati oleh investor. Akhirnya Summarecon memutuskan untuk menerbitkan obligasi hanya dalam satu seri dengan tenor 5 tahun dan memberikan kupon sebesar 11,25% atau 25 bps lebih tinggi dari batas bawah penawaran.
Di lain pihak, WOM Finance tercatat membukukan permintaan obligasi senilai Rp 800 miliar dari target emisi Rp 600 miliar. Dari dua seri yang ditawarkan, WOM Finance memutuskan untuk memberikan kupon sebesar 9,35% untuk Seri A (1 tahun) yang lebih tinggi 10 bps dari batas bawah penawaran. Sedangkan Seri B (3 tahun) ditetapkan akan memberikan kupon sebesar 10,8% atau 5 bps di bawah batas atas penawaran. Sebagai catatan, Summarecon berperingkat idA+ dari Pefindo dan WOM Finance berperingkat AA(idn) dari Fitch Indonesia.
Penerbitan SUN Valas USD 3,5 Miliar, dalam Rangka Pre Funding 2016.
Pada 2 Desember 2015 (1 Desember 2015 waktu New York), pemerintah melakukan transaksi penjualan Surat Utang Negara (SUN) denominasi dolar AS seri RI0126 dan RI0146. Transaksi ini merupakan bagian dari Program Global Medium Term Notes (GMTN) senilai USD 40 miliar. Penerbitan SUN valas ini merupakan bagian dari kebijakan pre funding, sesuai Undang-undang No.14 tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016, yaitu melakukan penerbitan SUN pada akhir tahun 2015. Kebijakan pre funding ini untuk menjamin ketersediaan anggaran awal tahun anggaran 2016.
Pemerintah menerbitkan seri RI0126 tenor 10-tahun dengan kupon sebesar 4,75% senilai USD 2,25 miliar. Investor ekspektasikan yield lebih tinggi 5 bps (4,80%) dari kupon, atau bukukan harga di level 99,59%. Investor pembeli terbesar berasal dari wilayah Amerika Serikat, dan dari sektor asset manager dan bank. Sedangkan seri RI0146 tenor 30-tahun menawarkan kupon sebesar 5,95% senilai USD 1,25 miliar. Sama halnya seperti seri RI0126, investor ekspektasikan yield RI0146 lebih tinggi 5 bps (6,0%) dari kupon yang ditawarkan, sehingga bukukan harga di level 99,29%.
Sebagai catatan, lelang SUN valas ini bukukan total penawaran masuk (total order book) senilai USD 8,1 miliar, atau bukukan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 2,3 kali. Indonesia memperoleh peringkat BBB- (stable) dari Fitch, BB+ (positive) dari S&P, dan Baa3 (stable) dari Moody’s.
Subscribe to:
Posts (Atom)