Selisih (spread) yield antara SUN benchmark 10-tahun dan UST dengan tenor yang sama, menyempit dari rerata November sebesar 642 bps, menyempit menjadi 617 bps dalam penutupan Kamis (03/12) kemarin. Dari sisi internal, investor masih merespon positif ekonomi Indonesia 3Q2015 yang tumbuh lampaui kuartal sebelumnya. Penurunan yield benchmark juga ditopang oleh minimnya pasokan, pasca berakhirnya lelang SUN periode tahun 2015 ini.
Berdasarkan data Bloomberg, yield Surat Utang Negara (SUN) seri benchmark 10-tahun FR0070 ditutup di level 8,48% kemarin. Yield tersebut menurun dibanding posisi rerate November yang berada di level 8,67%. Aksi beli selektif terjadi pasca FR0070 bukukan yield atraktif antara 8,60% hingga 8,80%. Aksi ini mendorong investor asing bukukan capital inflow senilai Rp 20 triliun dalam Surat Berharga Negara (SBN) selama periode tersebut.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), kepemilikan investor dalam SBN meningkat dari Rp 528,7 triliun menjadi Rp 548,5 triliun, selama November. Saat ini, kepemilikan investor asing merepresentasikan sebesar 38,2% atau meningkat dibanding akhir Oktober yang sebesar 37,1%. Selain itu, investor juga mencermati rilis suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) pada Kamis (17/12) mendatang.
Private Placement Rp 16 Triliun, Tekan Volatilitas SBN.
Untuk meminimalisir potensi volatilitas, pemerintah melakukan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), baik Surat Utang Negara (SUN) maupun Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/ Sukuk), melalui skema private placement, sehingga supply SBN terkendali. Skema tersebut dilakukan seiring masih tingginya kebutuhan pendanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Selama periode 24 dan 26 November, pemerintah menerbitkan SBN non tradable hampir senilai total Rp 16 triliun, terdiri dari Sukuk Rp 5,1 triliun dan SUN Rp 10,8 triliun. Yield benchmark 10-tahun FR0070 flat di level 8,54% dalam periode tersebut, bahkan menurun 30 bps dibanding penutupan Oktober 2015. Di sisi lain, supply SBN yang terkendali, membuat pemerintah kembali mengadakan lelang SUN terakhir periode 2015 pada Selasa (01/12) lalu.
Selain eks benchmark FR0053 dan FR0056 pada 2011 silam, pemerintah kembali tawarkan seri fixed rate paling akhir (FR0073), dalam lelang kali ini. FR0073 atau benchmark baru 15-tahun pada 2016 mendatang, diserap pemerintah seiring masih rendahnya outstanding seri baru ini. Sejak diterbitkan awal Agustus 2015 lalu, FR0073 bukukkan bid to cover ratio relatif rendah antara 1,1 kali hingga 1,5 kali dalam setiap kali lelang SUN. Semakin rendah rasio, mengindikasikan pemerintah agresif menyerap banyak permintaan masuk seri tersebut.
EmoticonEmoticon