BI Rate Turun, Risiko Investasi Membaik

BI Rate Turun, Risiko Investasi Membaik

BI Rate Turun, Risiko Investasi Membaik -Pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) ke level 6,75% berimbas pada risiko investasi di Indonesia. Hal ini tercermin dalam angka credit default swap (CDS) Indonesia yang membaik 19,48% dibandingkan akhir 2015 menjadi 185,11 (tenor 5-tahun). Pemangkasan suku bunga BI menyebabkan persepsi investor terhadap risiko berinvestasi membaik. Selain itu, faktor eksternal yang mempengaruhi adalah keputusan Bank Sentral Amerika Seikat (the Fed) menunda kenaikan suku bunga acuan di bulan Maret, dimana kenaikan suku bunga the Fed yang tidak dilakukan secara agresif menyebabkan persepsi terhadap negara berkembang (termasuk Indonesia) membaik. 

Bank Indonesia Kembali Turunkan Suku Bunga


BI Kembali Turunkan Suku Bunga - Hasil rapat pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin akhirnya memutuskan untuk kembali memangkas suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 bps untuk ketiga kalinya tahun ini. Alhasil, BI Rate saat ini berada pada level 6,75% dan lending serta deposit facility juga ikut diturunkan 25bps ke level masing-masing 4,75% dan 7,25%. Keputusan Bank Indonesia tersebut hanya berselang satu hari dengan keputusan the Fed AS yang masih enggan untuk kembali menaikkan FFR sehingga membuat pasar finansial tanah air masih bergerak positif. 

Obligasi Sektor Keuangan Dominasi 83% Transaksi Sepekan



Obligasi Sektor Keuangan Dominasi 83% Transaksi Sepekan. Volume perdagangan obligasi korporasi di pasar sekunder selama pekan kemarin turun 46% dibanding pekan sebelumnya, volume tercatat hanya Rp 1,87 triliun. Minimnya volume transaksi tersebut dipengaruhi oleh minimnya sentimen dan libur hari nyepi. Transaksi hanya didominasi oleh obligasi multifinance dan bank dengan volumenya mencapai total Rp 1,6 triliun atau 83% dari total volume sepekan kemarin.

Pertebal Modal, BRI Kembali Merilis Obligasi Rp 4,4 Triliun.



Pertebal Modal, BRI Kembali Merilis Obligasi Rp 4,4 Triliun. Mengantisipasi aturan permodalan yang kian ketat, Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berencana merilis surat utang tahun ini untuk memupuk modal dalam mengadapi pemberlakuan aturan main Basel III pada 2017 mendatang. Secara rinci, BBRI mencari dana segar dari pasar obligasi sekitar Rp 4,4 triliun, dengan tenor 3 dan 5 tahun pada semester I tahun ini.

Emiten Properti Cari Pendanaan Rupiah


 

Emiten Properti Cari Pendanaan Rupiah-Sejumlah emiten properti berencana menggalang dana dari pinjaman dan penerbitan obligasi rupiah untuk kebutuhan refinancing utang valas. Diantara emiten property yang sedang menjajaki sejumlah opsi penghimpunan dana yaitu: Sentul City Tbk (BKSL) dan Modernland Realty Tbk (MDLN) dan Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Per September 2015, utang valas BKSL mencapai USD 43 juta berasal dari pinjaman CIMB USD10 juta dan surat utang USD 33 juta yang diserap oleh Winter Capital Pte Ltd. Akibat dari pergerakan rupiah yang melemah, BKSL membukukan kerugian kurs sebesar Rp 70,5 miliar per akhir Sept 2015. 

Adapun MDLN berencana untuk melakukan konversi utang valas ke rupiah dengan menerbitkan obligasi rupiah dimana waktu dan nilai emisi nya masih dalam tahap pengkajian. Per September 2015, MDLN memiliki utang valas sebesar USD57 juta dan eksposur hutang valas tersebut sudah terlindungi lewat hedging yang diteken hingga 2019. Selain itu, SSIA juga telah mengalihkan rencana penerbitan surat utang valas menjadi denominasi rupiah. Sebelumnya SSIA berencana menerbitkan surat utang valas sebesar SGD50 juta-SGD 100 juta.

Plantation - All In Agreement For Higher Prices In 1H16




The general tone of the speakers at the 2016 Palm and Lauric Oils Conference (POC) was bullish. It was a rare occurrence to witness the three “stars” of the POC unanimously bullish on the CPO price direction. Their CPO price forecasts, up to 1H16, had ranged between MYR2,700-3,200/tonne. This is in line with our view that 1H16 would see stronger prices vs 2H16, on the back of the delayed impact of the El Nino. We maintain our MYR2,700/tonne average price for the year and our OVERWEIGHT recommendation. Top Picks include First Resources, Genting Plantations and London Sumatra.

  • Link Net prepares IDR1.5trn for stock buyback
  • Sarana Menara Nusantara to expand to East Indonesia
  • Waskita Karya established a subsidiary in energy sector
  • XL Axiata to work with Alfamart for phone credit distribution
  • Bank Nationalnobu targets 30% loan growth.
  • Baramulti Suksessarana to target 8.5m tonnes production
  • Bukit Sentul plans to convert all foreign debt
  • Delta Djakarta to target 10% on sales growth
  • First Media drawdown IDR60bn loan for working capital
  • PP Properti and Perdana Gapuraprima are interested to utilize REIT
 

Pemerintah Antisipasi Crowding Out






Pemerintah mengantisipasi risiko perebutan dana masyarakat (crowding out) di pasar keuangan domestik seiring dengan besarnya penerbitan surat berharga negara dengan yield yang lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga deposito. Potensi crowding out ini disebabkan oleh likuiditas negara yang cukup ketat, sehingga Kementerian Keuangan akan bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk melihat kondisi likuiditas. Penerbitan SBN akan dilakukan saat kondisi likuiditas domestik tidak ketat, dan memiliki target penerbitan gross Rp 542,5 triliun, lebih dari Rp 200 triliun akan kembali masuk ke perbankan. 
Dana yang dihimpun ini juga akan segera cair ke perbankan dan masyarakat. Terkait dengan Yield SBN, terdapat tren penurunan imbal hasil obligasi negara. Sejak menyentuh level tertinggi sebesar 9,81% pada September 2015, yield obligasi negara tenor 10 tahun turun ke level 7,97% pada Maret 2016, penurunan lebih dari 180 bps. Berdsarkan keputusan DJPPR No. 73/PR/2015 tentang Strategi Pembiayaan Tahunan Melalui Utang 2016, target penerbitan SBN valas direncanakan sebesar ekuivalen USD 9,35 miliar (24% total penerbitan SBN gross). Penerbitan SBN berdenominasi mata uang asing dapat dimaksimalkan hingga 30% dari target penerbitan SBN bruto.

Pelindo 4 Terbitkan Obligasi Semester I




PT Pelabuhan Indonesia 4 (Persero) memfinalisasi rencana penerbitan obligasi yang dijadwalkan terealisasi pada semester I tahun ini. Kajian penerbitan surat utang tersebut dilakukan Perseroan sejak 2 tahun lalu dengan tujuan memperkuat pengembangan pelabuhan kelolaan di wilayah timur. Nilai emisis obligasi telah disesuaikan dengan estimasi kebutuhan pendanaan proyek pengembangan pelabuhan kelolaan serta kucuran Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diterima Perseroan. Sejauh ini, Pelindo 4 telah mengantongi peringkat idAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dengan prospek stabil. 

Adapun rencana penggunaan dana dari emisi obligasi itu juga bakal digunakan untuk revitalisasi pelabuhan yang bakal menjadi hub. Selain itu, penerbian obligasi tersebut merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan Perseroan untuk mendukung akselerasi pengembangan pelabuhan kelolaan Pelindo 4. Pendanaan pengembangan Perseroan bersumber dari dana internal perusahaan, dana eksternal, obligasi, dan pinjaman luar negeri (global bond). Salah satu proyek prioritas yang direncanakan mendapat alokasi emisi obligasi adalah revitalisasi Pelabuhan Bitung untuk memperkuat struktur pendanaan dari alokasi PMN.

Ekspektasi Yield Rendah Lelang Perdana FR0067




Manfaatkan apresiasi rupiah dan tren penurunan yield, pemerintah berani tawarkan tenor panjang seri FR0067 (28-tahun) dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) Selasa (15/03) pekan depan. Tenor paling panjang diantara seri fixed rate lainnya ini, FR0067 telah bukukan penurunan yield 30 basis poin (bps) selama Maret, atau turun 50 bps sepanjang tahun 2016 ini. Berdasarkan data RHB Securities Indonesia, seri FR0067 bukukan penutupan harga dan yield, masing-masing di level 100,8 dan 8,68% pada perdagangan Kamis (10/03). Sebagai catatan, penawaran seri FR0067 pekan depan adalah perdana dalam lelang SUN periode tahun 2016.

Berdasarkan jadwal tentatif Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), pemerintah memiliki 4 agenda menawarkan SUN tenor panjang FR0067 dalam lelang SUN periode tahun 2016 ini, yaitu pada bulan Maret, April, September, dan Oktober mendatang. Selain FR0067, pemerintah juga tawarkan seri benchmark FR0053, FR0073, dan FR0072 pada rencana lelang pekan depan. Benchmark tenor pendek FR0053 (5-tahun) bukukan harga dan yield, masing-masing di level 103,75 dan 7,38%. Sementara, benchmark tenor menengah FR0073 dan FR0072, masing-masing di level 104,75 dan 8,20%; serta 100,58 dan 8,19% dalam periode yang sama.

Di sisi lain, pemerintah berpotensi selektif dalam lelang pekan depan, ditengah telah terpenuhinya target indikatif lelang Surat Berharga Negara (SBN), baik SUN maupun Surat Berharga Syariah Negara (SBSN/ sukuk) kuartal pertama. Selama tahun 2016, pemerintah telah berhasil menyerap dana hingga senilai Rp 98,2 triliun atau lampaui target indikatif 1Q2016 senilai Rp 97,3 triliun.



Fixed Income Research PT. RHB Securities Indonesia