BI Dorong Wakaf Sebagai Underlying Sukuk dan Capital Inflow Asing Rp 1,1 Triliun Sepekan

BI Dorong Wakaf Sebagai Underlying Sukuk
BI Dorong Wakaf Sebagai Underlying Sukuk

BI Dorong Wakaf Sebagai Underlying Sukuk

Untuk mempercepat pengembangan ekonomi syariah di Indonesia, Bank Indonesia (BI) mengajukan beberapa langkah dalam mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia salah satunya yang ditawarkan oleh Bank Indonesia (BI) adalah menawarkan aset wakaf sebagai underlying penerbitan sukuk bagi pendanaan bank. 

Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara menyatakan, bahwa pemanfaatan aset wakaf sangat penting untuk mendukung pemasukan bagi negara. Menurut BI, aset wakaf yang cukup besar dapat memberikan peluang signifikan bagi sektor keuangan Islam. Aset wakaf yang terkoordinir dengan baik, dapat menjadi aset risk financing penerbitan sukuk, yang kemudian dapat dipergunakan bank sebagai financing. Informasi BI menunjukkan potensi wakaf teregistrasi resmi oleh Badan Wakaf Indonesia mencapai Rp 300 triliun, dan yang belum terdaftar resmi mencapai Rp 2.400 triliun.

Capital Inflow Asing Rp 1,1 Triliun Sepekan

Kepemilikan investor asing dalam Surat Utang Negara (SUN) senilai Rp 523,8 triliun per 15 Oktober, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR). Kepemilikan tersebut meningkat Rp 1,1 triliun dari pekan sebelumnya senilai Rp 522,6 triliun. Investor melakukan aksi beli selektif seiring apresiasi rupiah mencapai level Rp 13.405 per dolar AS Senin (12/10) lalu. Secara persentase, kepemilikan asing tersebut setidaknya stabil sekitar 38% dalam 7 pekan terakhir. Investor asing tetap mencermati yield atraktif sejumlah SUN, pasca seri benchmark 10-tahun kembali sentuh level yield relatif tinggi sejak seri ini diterbitkan Agustus 2013 lalu. 

Dengan menggunakan acuan benchmark 10-tahun, FR0070, kembali menyentuh yield tinggi 8,6% pada penutupan Jumat (16/10) lalu, berdasarkan data RHB OSK Securities Indonesia. Sejumlah investor merespon penurunan impor signifikan, yang mengindikasikan perlambatan ekonomi. Sebagai catatan, investor asing adalah sektor dengan porsi terbesar dalam SUN, setelah sektor perbankan, asuransi dan reksadana.

Pekan ini, investor mencermati lelang Sukuk PBS009 dan PBS006. Tenor pendek PBS009 (2,5-tahun) yang sempat bukukan yield atraktif di level 8,86% pekan lalu, dapat menjadi pilihan investor ditengah volatilitas yang lebar pada Sukuk tenor panjang. Sementara itu, yield yang lebih atraktif dan paling cepat membaik dibanding tenor pendek, investor juga dapat mencermati PBS006 (5-tahun) dalam lelang Sukuk Selasa (20/10) besok.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »